31 Desember 2009

Berbenah Untuk Sukses

Suatu sore terlihat seorang pemuda datang ke seorang kyai. Raut mukanya kusut, pandangannya loyo. Baju bermerk yang ia kenakan tidak bisa menutupi kegelisahan yang ada di kening kepalanya.

”Pusing saya, Kyai ….”

”Kenapa harus pusing ? ” tanya sang kyai.

”Menurut saya, saya tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Saya sholat seperti biasa, shalat malam juga saya amalkan. Baca Al Qur’an rutin saya amalkan. Namun………. mengapa bisnis saya tertipu, saya tertipu rekan bisnis saya. Saya percayai ia…namun apa balasannya ? Ia bawa kabur ratusan juta rupiah uang saya ..”

”Ya…kamu tetap lakukan seperti biasanya, bahkan tingkatkan lagi…LEBIH DEKATKAN LAGI SAMA GUSTI ALLAH…apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda KAMU LAGI DISAYANG GUSTI ALLAH” jawab sang Kyai.

Mendengar jawaban sang Kyai, pemuda itupun tambah bengong dan bingung. Logika berfikirnya tidak masuk, namun untuk menanyakan lebih lanjut iapun tidak berani. Dengan kegelisahan yang masih menggelayut di kepalanya iapun pamitan pulang. Sesampai di rumah, ia pandangi dirinya sendiri di depan cermin, iapun berkata dalam hati…”menyedihkan….”.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kalau dulu sisa uang masih bisa ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lambat laun semakin menipis, hingga pada suatu hari iapun terpaksa memecah celengan, tempat ia kumpulkan koin lima ratus dan seratus rupiah. Dengan tersayat – sayat hatinya iapun terpaksa memecah celengan itu, padahal semula celengan itu hanya sebagai tempat penyimpanan uang recehan yang menurutnya pada saat itu, tidak ada manfaatnya selain sebagai pemberian kepada ”polisi cepe” saat melintas di jalan.

Tahun berganti tahun pemuda ini ia lalui, dalam hari – harinya dalam kesulitan ia selalu terngiang-ngiang kata – kata sang Kyai, ” …LEBIH DEKATKAN LAGI SAMA GUSTI ALLAH…apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda KAMU LAGI DISAYANG GUSTI ALLAH”.

Iapun terus mengevaluasi diri tentang kekurangan ibadahnya kepada Allah, tidak hanya ibadah lahiriah namun lebih ke aspek batiniah ia sedikit – demi sedikit diperbaiki. Tanpa terasa lambat laun keadaan ekonominya berubah. Uang yang dulu tertipu rekan bisnisnya, telah kembali berlipat – lipat dari kemajuan usahanya.

Suatu saat iapun bersilaturahim kepada kyai yang dulu ia temui. Setelah berbincang sejenak, si pemuda itupun berkata kepada Kyai.
”Alhamdulillah kyai, dari pengalaman saya tertipu rekan bisnis saya yang dulu saya bisa belajar tentang bersyukur Rama Kyai ….”
” O…begitu, alhamdulillah…” jawab Kyai.

” Coba kalau saya tidak tertipu, saya tidak bisa merasakan arti sejumlah recehan yang dulu saya remehkan…Rama Kyai. Saat dalam kekurangan … uang recehan itu ternyata begitu berarti…., saya bisa merasakan betapa sesuatu yang sangat remeh menurut anggapan kita…ternyata berharga sekali…dan saya yakin, masih banyak rekan – rekan saya yang bernasib dibawah saya.” Kata Sang Pemuda.

” Alhamdulillah…berarti kamu SUDAH BISA MERASAKAN ARTI SYUKUR….terus, kamu kesini kok, pakai mobil butut…padahal duit kamu kan sudah banyak…JANGAN-JANGAN KAMU MALAH NGGA BERSYUKUR? ”, tanya Kyai dengan senyuman.

”Bukan begitu Rama Kyai, insya Allah saya bisa beli mobil yang jauh lebih mewah….tapi saya takut Rama Kyai…. saya selalu berdo’a, ”Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, tetapi jangan Engkau menjadikannya dalam hati kami….”, makanya saya berusaha lebih sederhana rama kyai..”

Mendengar jawaban pemuda, Kyaipun tersenyum agak lebar, kemudian berkata, ”Alhamdulillah…semoga banyak pemuda yang berprinsip sama seperti kamu…..namun, kamu juga harus hati – hati, tanyakan dalam hatimu….sikapmu itu…KARENA TULUS , atau KARENA INGIN DIANGGAP SEDERHANA…..INGIN DIANGGAP ZUHUD….”

Ketika mendengar uraian sang kyai yang terakhir, ”…ingin dianggap sederhana…..ingin dianggap zuhud….”, hati pemuda itupun bergetar…., iapun lantas menunduk, lantas berkata, ”Ya…Kama Kyai…saya masih harus belajar ….”.

Sahabat……

Sukses tidak ada hubungan dengan menjadi kaya raya,
Sukses itu tidak serumit/serahasia seperti kata para pakar,

SUKSES adalah KITA!
Karena kesuksesan terbesar ADA pada DIRI KITA SENDIRI.

Bagaimana Kita tercipta dari pertarungan jutaan sperma untuk membuahi 1 ovum, itulah sukses pertama Kita!

Bagaimana Kita bisa lahir dengan anggota tubuh sempurna tanpa cacat, itulah kesuksesan Kita kedua…

Ketika Kita ke sekolah bahkan bisa menikmati studi sarjana, di saat tiap menit ada 10 siswa drop out karena tidak mampu bayar SPP, itulah sukses Kita ketiga….

Ketika Kita mempunyai pekerjaan, di saat 46 juta orang menjadi pengangguran, itulah sukses Kita keempat….

Ketika Kita masih bisa makan tiga kali sehari, di saat ada 3 juta orang mati kelaparan setiap bulannya, itulah kesuksesan Kita yang kelima…

Sukses terjadi setiap hari, namun Kita tidak pernah menyadarinya. ..

Saya sangat tersentuh ketika menonton film “Click!” yg dibintangi Adam Sandler, “Family comes first” (dahulukan keluarga) , begitu kata2 terakhir kepada anaknya sebelum dia meninggal.

Saking sibuknya Si Adam Sandler ini mengejar kesuksesan, ia sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk anak & istrinya, bahkan tidak sempat menghadiri hari pemakaman ayahnya sendiri, keluarga nya pun berantakan, istrinya yang cantik menceraikannya, anaknya jadi ngga kenal siapa ayahnya…

Sukses selalu dibiaskan oleh penulis buku laris supaya bukunya bisa terus2an jadi best seller dengan membuat sukses menjadi hal yg rumit dan sukar didapatkan.

Sukses tidak melulu soal harta, rumah mewah, mobil sport, jam Rolex, pensiun muda, menjadi pengusaha, punya kolam renang/helikopter, punya istri cantik seperti Donald Trump & resort mewah di Karibia…

Sukses sejati adalah hidup dengan penuh syukur atas segala rahmat Tuhan, sukses yang sejati adalah menikmati & bersyukur atas setiap detik kehidupan Kita,

Pada saat Kita gembira, Kita gembira sepenuhnya, sedangkan pada saat Kita sedih, Kita sedih sepenuhnya, setelah itu Kita sudah harus bersiap lagi menghadapi episode baru lagi.

Sukses sejati adalah hidup benar di jalan Allah, hidup baik, tidak menipu, saleh & selalu rendah hati.

Sukses sejati adalah ketika kita bisa BERMANFAAT & BERBAGI kepada orang lain..

Sukses itu tidak lagi menginginkan kekayaan ketimbang kemiskinan, tidak lagi menginginkan kesembuhan ketimbang sakit, sukses sejati adalah bisa menerima sepenuhnya kelebihan, keadaan dan kekurangan Kita apa adanya dengan penuh syukur.

Pernahkah Kita menyadari?

Kita sebenarnya tidak membeli suatu barang dengan uang. Uang hanyalah alat tukar, Kita sebenarnya membeli rumah dari waktu Kita.

Ya, Kita mungkin harus kerja siang malam utk bayar KPR selama 15 tahun atau beli mobil/motor kredit selama 3 tahun. Itu semua sebenarnya Kita dapatkan dari membarter waktu Kita, Kita menjual waktu Kita dari pagi hingga malam kepada penawar tertinggi untuk mendapatkan uang supaya bisa beli makanan, pulsa telepon dll.

Aset terbesar Kita bukanlah rumah/mobil Kita, tapi diri Kita sendiri, Itu sebabnya mengapa orang pintar bisa digaji puluhan kali lipat dari orang bodoh.

Semakin berharga diri Kita, semakin mahal orang mau membeli waktu Kita.

Itu sebabnya kenapa harga 2 jam-nya Kiyosaki bicara ngalor ngidul di seminar bisa dibayar 200 juta atau harga 2 jam seminar Pak Tung Desem Waringin bisa mencapai 100 juta!!!

Itu sebabnya kenapa Nike berani membayar Tiger Woods & Michael Jordan sebesar 200 juta dollar, hanya untuk memakai produk Nike. Suatu produk bermerk menjadi mahal/berharga bukan karena merk-nya, tapi karena produk tsb dipakai oleh siapa.

Itu sebabnya bola basket bekas dipakai Michael Jordan diperebutkan, bisa terjual 80 juta dollar, sedangkan bola basket bekas dengan merk sama, bila kita jual harganya justru malah turun.

Beginilah hidup di Dunia yang sejenak ini, kita seperti mengejar fatamorgana, bila dilihat dari jauh, mungkin kita melihat air/emas di kejauhan, namun ketika kita kejar dng segenap tenaga kita & akhirnya kita sampai, yang kita lihat yah cuman pantulan sinar matahari/corn flakes saja.

Kita juga sudah sadar semuanya tentang hidup ini namun masih lebih suka mengejar fatamorgana tsb ketimbang menghabiskan waktu Kita yg sangat berharga bersama dengan orangtua yg begitu mencintai Kita, memeluk hangat suami / istri / kekasih Kita, mengatakan “I love you” kepada org2 yang Kita cintai: orang tua, istri, suami, anak, sahabat2 Kita.

sumber: zarchisme.wordpress.com

07 Desember 2009

Eko Pramono Menangis di Podium MK


Jakarta - Eko Pramono, guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SDN Soka, Wunung, Wonosari, Gunung Kidul DIY, menangis haru di podium Mahkamah Konstitusi (MK). Eko baru saja dinobatkan sebagai guru PKn terbaik nasional tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.

"Penghargaan ini bukan untuk saya tapi untuk murid-murid saya. Melihat wajah merekalah saya masih mampu bertahan," ujar Eko.

Hal ini disampaikan Eko dalam acara penobatan Guru PKn terbaik nasional di Kantor MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (25/11/2009).

Eko sempat menangis saat diberi penghargaan. Dirinya mengaku teringat perjuangan ibunya berjualan di emperan jalan untuk membiayai sekolahnya dulu.

"Ini tidak pernah terjadi kalau mbok dulu tidak berjualan dari emper ke emperan sekadar untuk makan kami," isaknya.

Tidak hanya Eko yang terisak. Beberapa hakim konstitusi seperti Akil Mochtar, Maria Farida dan Muhamad Alim terlihat menitikkan air mata.

Eko mengaku tidak akan melupakan kunjungannya ke Jakarta dan ke Gedung MK ini. Kalau tidak ada acara ini dirinya mengaku tidak akan bisa tidur di hotel dan makan enak di Ibukota

"Sekarang saja saya masih merasa di lift," akunya.
(rdf/nrl)
sumber: www.detiknews.com

06 Oktober 2009

Mencintai

Manusiawi sekali kalau kamu ingin dicintai. Cinta memang indah, menggairahkan dan mempesona. Namun kamu tidak bisa meminta atau memaksa orang lain mencintaimu.
Satu-satunya cara yang bijak untuk dicintai adalah dengan mulai mencintai.

1. Mencintai berarti merindukannya.
Kerinduanmu menyiratkan betapa berartinya dia bagimu sehingga kepergiannya membuat kamu merasa kehilangan, betapa kamu ingin selalu bersamanya, dan betapa waktu terasa
lama ketika dia tidak berada disisimu. Ungkapkanlah kerinduanmu ketika kalian tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama atau terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Jangan tahan rasa rindumu , dan jangan biarkan dia menanti ungkapan kerinduanmu.

2. Mencintai berarti memotivasinya.
Doronglah kekasihmu untuk meraih cita-citanya, untuk bangkit dari kegagalan, untuk berani mengambil keputusan penting yang sudah ditundanya, dsb.

3. Mencintai berarti memaaafkannya.

Karena kekasihmu juga seorang manusia biasa yang bisa salah, maka pemeberian maaf adalah salah satu bukti cintamu padanya. Belajarlah untuk mudah memaafkan kekasihmu
setiap kali dia melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang tidak prinsipil. Bahkan untuk kesalahannya yang cukup besar pun kamu perlu memaafkannya setelah persoalannya dibicarakan secara terbuka. menyimpan kesalahan akan merusak hubungan cinta yang sudah lama terjalin.

4. Mencintai berarti menyadarkannya.
Meskipun cinta sejati menutupi banyak kesalahan, namun cinta juga mengoreksinya, memperingatkannya dan menegurnya bila dianggap perlu. Ketika kekasihmu melakukan hal-hal yang buruk, ketika dia hendak mengambil keputusan yang bodoh dan berbahaya, saat itulah kamu perlu menyadarkannya.

5. Mencintai berarti peka terhadap keinginan dan kebutuhannya.
Kalau kekasihmu seorang yang terbuka, kamu akan lebih mudah memahaminya. Tapi kalau dia tertutup, sebaiknya sering-seringlah menanyakan kepadanya. Jangan sampai tanpa sadar kamu mengulang-ulang kebiasaan yang dibencinya, tapi jarang melakukan apa yang disukainya.

6. Mencintai berarti berterima kasih .
Berterima kasih atas kerelaannya menjadi kekasihmu, atas kesetiaannya dan atas pengorbanannya. Terimalah dengan penuh penghargaan ungkapan kasih sayang yang ditunjukkannya dalam bentuk apapun. Jangan mematikan gairah cintanya dengan sikap dingin dan pasif. Ungkapkanlah rasa terima kasihmu dengan ucapan yang manis, senyuman atau pelukan.

7. Mencintai berarti mempercayai dan memberinya kesempatan untuk membuktikan ketulusan dan kesetiaannya kepadamu.
Jangan membebani dia dengan rasa cemburu dan rasa takut kehilangan dia. Jangan mengekangnya hanya karena kamu kurang mempercayainya.

8. Mencintai berarti selalu berusaha untuk membahagiakannya.
Ketika kamu ikut andil dalam membuatnya bahagia, maka kebahagiaannya akan menjadi
sebagian dari kebahagiaanmu. Jangan pelit untuk berkorban bagi orang yang kamu cintai.

9. Mencintai berarti memberinya kebebasan untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya, termasuk keluhan, kemarahan, harapan dan kekecewaannya.
Jadilah pendengar yang baik agar kamu bisa lebih memahami isi hati dan masalah yang dihadapinya. Jangan biarkan dia memendam perasaannya karena merasa malu dan segan, jangan biarkan dia membungkam mulutnya karena merasa takut, dan jangan biarkan dia selalu mengalah karena ingin menghindari konflik dengan kamu.

10. Mencintai berarti menghargainya dan membuatnya merasa puas menjadi dirinya.
Hargailah kekasihmu sebagai pribadi yang istimewa. Buatlah hatinya selalu berbunga-bunga dengan pujian dan kekagumanmu padanya. Jangan pernah merendahkan dan menghinanya, meskipun dalam konteks bercanda.

29 Mei 2009

Jularso: Kibarkan Bendera BMT Dari Lereng Gunung Lawu


Dengan semangat dan inspirasi, Toriq Bin Ziat Jularso berhasil menjadi nahkoda kapal bernama BMT Alfa Dinar. Dalam perjalan hidupnya banyak pilihan-pilihan sulit yang harus ia pilih untuk menjadi sukses seperti saat ini.

Dimulai dengan modal sebesar Rp. 2,8 juta akhirnya ia mampu mendongkrak omset mencapai Rp. 50 miliar. Keberhasilan itu bukanlah tanpa sebab, dengan kegigihanya dalam menjalankan profesi yang akhirnya membawanya mencapai kesuksesan.

Untuk itu mari kita telusuri perjalan hidup seorang Jularso. Ia dilahirkan disebuah sudut kabupaten Karanganyar 14 Februari 1967 yang sering disebut sebagai desa Ngadiluwih, Matesih. Desa ini terletak dibawah lereng gunung Lawu. Udara sejuk di pagi hari dan keindahan gunung Lawu di sore hari merupakan makanan sehari-hari.

Ia termasuk anak beruntung, bapaknya yang seorang petani sangat taat beribadah dan selalu mendorongnya untuk belajar. Sementara ibunya adalah seorang pedagang. Kelak di kemudian hari petuah ibunya mampu merasuk dalam relung hatinya.

Semenjak lulus dari sekolah dasar didesanya ia dikirim oleh kedua orang tuanya untuk belajar di pondok Pabelan yang berada di Magelang, Jawa tengah. Ia belajar selama 6 tahun. Selepas belajar di pondok pesantren ia meneruskan kuliah di UMS mengambil jurusan Tarbiah.

Pada saat kuliah inilah yang mempertemukan dengan dunia pemberdayaan ekonomi kecil. Saat itu ia telah aktif untuk bergabung dalam pelatihan-pelatihan PINBUK. Akhirnya bersama beberapa orang temannya ia pun mendirikan sebuah BMT.

”Saat itu dalam benak kami pendirian BMT merupakan suatu ibadah. Jiwa kami semua masih semangat dan idealis ingin mengangkat beban masyarakat dari kemiskinan,” ungkapnya. Dengan berbekal patungan akhirnya ia mampu mengumpulkan dana sebesar Rp. 2,8 juta.

Dengan berbekal tikar serta sebuah ruang kosong di MI didesanya ia dan kawan-kawam mulai mengibarkan layar BMT. ”Beberapa penduduk yang membutuhkan dana untuk usaha mulai kami berikan. Saat pertama ada yang datang hati rasanya sangat senang sekali, karena ternyata lembaga yang kami rintis ini mulai ada yang berminat.”

Pada perkembangannya selama 2 tahun kepercayaan masyarakat pun terbangun. Hanya saja ada problem baru yang kemudian dihadapi, yaitu cara mengatur keuangannya. Suatu godaan bagi pengelola karena belum ada sistem kontrol yang mengatur, yang biasanya tidak pernah memegang uang kecuali hanya seribu-duaribu rupiah, sekarang menghadapi uang yang berlimpah, sementara mereka adalah sarjana yang masih pengangguran. Tidak tahan godaan, BMT-pun berada di ambang kehancuran.

Tahun Ujian

Di lain pihak, kegiatannya di BMT masih ia sambi pekerjaan sebagai guru dan depag. “Waktu itu saya masih menjalankan bisnis pribadi. Karena pada waktu itu BMT adalah aktifitas sosial bukan sebagai ladang profesional. Namun disisi lain ada tututan untuk melakukan penyelamatan pada BMT ini. Kalau tidak diselamatkan karya besar umat Islam ini tidak dianggap masyarakat,” kenang Juliarso.

Juliarso menambahkan, dititik inilah ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, apakah ia tetap pada pekerjaannnya atau meninggalkannya demi menjalankan BMT secara profesional karena di saat itu masyarakat sudah mulai banyak yang percaya pada lembaga ini.

“Pada waktu itu tepatnya memasuki tahun 2000, saya dalam keadaan sulit, saya tertipu pada saat berbisnis sehingga menjerumuskan saya dalam hutang yang sangat besar mencapai ratusan juta,” ungkapnya.

Ujian tidak hanya ia terima dalam berbisnis, keluarganya pun tak luput dari cobaan karena ber turut-turut kehilangan anak pertama dan kedua.

”Tapi di saat sulit seperti inilah saya harus berdialog dengan hati nurani tentang masa depan. Haruskan ber-BMT atau menyelesaikan masalah bisnis keluarga. Waktu itu pilihan saya adalah BMT karena dengan ber-BMT saya jauh lebih dekat dengan Allah dan membuat hati saya menjadi lebih tenang,” pikirnya. Selain itu bisnis ini akan lebih bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai nilai ke-akheratan lebih besar.

Waktu itu ia teringat pada satu ajaran hadis, ”barang siapa yang mendahulukan akherat maka Allah akan menjadikan orang itu kaya di dunia. sebaliknya jika mendahulukan urusan dunia maka akan dibuatnya mereka menjadi bangkrut. Inilah spirit saya untuk maju.”

Padahal pada waktu itu ia tahu bahwa BMT masih belum mampu menggajinya, maka ia memutuskan mengelola BMT secara profesional. Ia bersepakat dengan seluruh pengelola jika tidak ada peningkatan secara signifikan ia tidak minta gaji.

”Saya digaji karena kerjakeras saya dan keringat saya. Waktu itu saya mendeklarasikan untuk melakukan peningkatan keuntungan atau aset BMT. Jika tidak ada peningkatan saya siap untuk tidak digaji,” tegasnya dihadapan seluruh pengelola. Ia pun mematok angka psikologis, waktu itu nilainya 1 miliar. Alhamdulilah akhirnya target itu bisa terpenuhi.

Strategi Pengembangan

Untuk mencapai angka tersebut ia mengaku harus bekerja sangat keras. ”Kalau dihitung secara wajar jam kerja mulai dari jam 8 hingga jam 2 sore, namun waktu itu saya all out benar karena jam keja saya tidak pernah saya ukur, semuanya saya curahkan pada BMT saya.”

Saat itu, ia jam 10-12 malam pun kadang masih di lapangan. Ia mendekati masyarakat dengan menjadi da’i dikampung-kampung. Materi yang ia sampaikan waktu itu selalu tentang ke ekonomian syariah. Bahkan tidak segan-segan, ia juga membawa brosur untuk disebarkan pada Jama’ah.

Harapannya saat itu ada transaksi dalam aktifitas pengajian yang ia lakukan sepanjang tahun, karena pada saat itu masih belum banyak orang yang tahu tentang BMT daan yang jelas pada saat itu orang-orang masih alergi mendengar tentang menabung, apalagi di BMT.

”Lha wong untuk hidup aja sulit. Walaupun mengeluh, ternyata mereka sebenarnya telah menabung. Buktinya mereka dengan senang hati menyimpan uangnya dengan jalan arisan. Misalnya arisan keluarga, kampung, RT. Kemudian ini saya buat menjadi sebuah produk di BMT saya,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan Ilustrasi yang ia jalankan. Sebenarnya di setiap arisan warga yang berjumlah 10 orang, mereka mengumpulkan uang sebesar Rp. 10 ribu, dan di setiap pertemuan diundi siapa yang mendapat giliran mengambil tabungannya.

”Sadangkan yang saya kembangkan waktu itu adalah arisan dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Pada saat mereka menabung sebesar 10 ribu dengan jumlah anggota lebih dari sepuluh orang yang pasti akan ada dana yang dapat di kelola didalam BMT. Karena kelebihan orang tersebut hanya akan dibayarkan pada periode akhir pengundian.”

Jadi disini tidak ada yang dirugikan karena pada akhir periode peserta arisan akan mendapatkan tabungan yang selama ini mereka masukkan dalam tabungan dengan pola arisan ini. Dari arisan ini kemudian berkembang menjadi arisan sepeda motor elektronik, dan bahkan sekarang ada arisan haji. Inilah awal BMT sehingga dapat berkembang pesat. Omset sampai saat ini mencapai Rp. 50 miliar.
(Sumber: Amri, www.pkesinteraktif.com)

19 Mei 2009

Bila Aku Jatuh Cinta

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki
dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu ,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.

Penuhilah hati-hati ini
Dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

( As-Syahid Syed Qutb )

01 Mei 2009

Silaturrahim Tokoh


AIR MATA SAYA MENETES DI RUMAH DR HIDAYAT NURWAHID

Penulis: Nabil Almusawa
e: nabielfuad@yahoo.com

BismiLLAAHir RAHMAANir RAHIIM,

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk ikut dalam acara buka bersama dengan Ketua MPR-RI, DR Muhammad Hidayat Nurwahid, MA di rumah dinasnya, kompleks Widya Chandra dengan beberapa ikhwah. Ketika saya masuk ke rumah dinas beliau tsb, maka dalam hati saya bergumam sendiri: Alangkah sederhananya isi rumah ini. Saya melihat lagi dengan teliti, meja, kursi2, asesori yg ada, hiasan di dinding. SubhanaLLAH, lebih sederhana dari rumah seorang camat sekalipun. Ketika saya masuk ke rumah tsb saya memandang ke sekeliling, kebetulan ada disana Ketua DPR Agung Laksono, Wk Ketua MPR A.M Fatwa, Menteri Agama, dan sejumlah Menteri dari PKS (Mentan & Menpera) serta anggota DPR-RI, serta pejabat2 lainnya.

Lagi2 saya bergumam: Alangkah sederhananya pakaian beliau, tidak ada gelang dan cincin (seperti yg dipakai teman2 pejabat yg lain disana). Ternyata beliau masih ustaz Hidayat yg saya kenal dulu, yg membimbing tesis S2 saya dg judul: Islam & Perubahan Sosial (kasus di Pesantren PERSIS Tarogong Garut).

Terkenang kembali saat2 masa bimbingan penulisan tesis tsb, dimana saya pernah diminta datang malam hari setelah seharian aktifitas penuh beliau sebagai Presiden PKS, dan saya 10 orang tamu yg menunggu ingin bertemu. Saya kebagian yg terakhir, ditengah segala kelelahannya beliau masih menyapa saya dg senyum : MAA MAADZA MASAA'ILU YA NABIIL?

Lalu saya pandang kembali wajah beliau, kelihatan rambut yg makin memutih, beliau bolak-balik menerima tamu, saat berbuka beliau hanya sempat sebentar makan kurma & air, karena setelah beliau memimpin shalat magrib terus banyak tokoh yg berdatangan, ba'da isya & tarawih kami semua menyantap makanan, tapi beliau menerima antrian wartawan dalam & luar negeri yang ingin wawancara.

Tdk terasa airmata ana menetes, alangkah jauhnya ya ALLAH jihad ana dibandingkan dg beliau, saya masih punya kesempatan bercanda dg keluarga, membaca kitab dsb, sementara beliau benar2 sudah kehilangan privasi sebagai pejabat publik, sementara beliaupun lebih berat ujian kesabarannya untuk terus konsisten dlm kebenaran dan membela rakyat.

Tidaklah yg disebut istiqamah itu orang yg bisa istiqamah dlm keadaan di tengah2 berbagai kitab Fiqh dan Hadits seperti ana yg lemah ini. Adapun yg disebut istiqamah adalah orang yg mampu tetap konsisten di tengah berbagai kemewahan, kesenangan, keburukan, suap-menyuap dan lingkungan yang amat jahat dan menipu.

Ketika keluar dari rumah beliau saya melihat beberapa rumah diseberang yang mewah bagaikan hotel dg asesori lampu2 jalan yg mahal dan beberapa buah mobil mewah, lalu ana bertanya pd supir DR Hidayat : Rumah siapa saja yg diseberang itu? Maka jawabnya Oh, itu rumah pak Fulan dan pak Fulan Menteri dari beberapa partai besar.

Dalam hati saya berkata: AlhamduliLLAH bukan menteri PKS. Saat pulang saya menyempatkan bertanya pd ustaz Hidayat: Ustaz, apakah nomor HP antum masih yg dulu? Jawab beliau:

Benar ya akhi, masih yg dulu, tafadhal antum SMS saja ke ana, cuma afwan kalo jawabannya bisa beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, maklum SMS yang masuk tiap hari ratusan ke saya.

Kembali airmata saya menetes. alangkah beratnya cobaan beliau & khidmah beliau untuk ummat ini, benarlah nabi SAW yang bersabda bahwa orang pertama yg dinaungi oleh ALLAH SWT di Hari Kiamat nanti adalah Pemimpin yang Adil. Sambil berjalan pulang saya berdoa: Ya ALLAH, semoga beliau dijadikan pemimpin yg adil & dipanjangkan umur serta diberikan kemudahan dlm memimpin negara ini. Aaamiin ya RABB.

15 April 2009

RENCANA TUHAN ITU INDAH

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.

"Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; "anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu."

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benangyang ruwet.

Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan. Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah;

"Allah, apa yang Engkau lakukan? "Ia menjawab: "Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"

Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu." (fossei.org)

21 Maret 2009

Cinta LakiLaki Biasa (true story)

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama
herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya
menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak! Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar! Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter? Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik, Nania, bangun, Cinta?

Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu
cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -


(spesial buat isteriku....walau tak sehebat Rafli, semoga abi bisa berbuat yang terbaik untukmu...)

13 Maret 2009

25 Cara Alami Mencegah Flu & Pilek

Anda dapat mencegah flu dan pilek hanya dengan menguatkan sistem imun dengan cara alamiah, tanpa obat, begitu menurut Dr.Michael Grossman, M.D., dan Jodi Jones, dalam buku mereka, The Vitality Connection: Ten Practical Ways to Optimize Your Health and Reverse the Aging Prosess.

Menurut Jones, tak ada pil ajaib untuk mencegah penyakit. Cara terbaik adalah menerapkan gaya hidup sehat. Sedang menurut Grossman, pertahanan terbaik terhadap virus musiman tersebut adalah dengan menguatkan sistem imun.

Berikut ini 25 cara yang menurut mereka menguatkan pertahanan alamiah tubuh terhadap flu dan pilek:

  • Makan sebuah jeruk sehari. Jeruk mengandung vitamin C, salah satu suplemen utama untuk memerangi pilek.
  • Istirahat yang cukup. Tubuh kita akan mengisi ulang energi ketika kita tidur sehingga bisa melawan serangan kuman penyakit.
  • Kurangi timbulnya stres yang bersamaan dengan kekecewaan emosional.
  • Stres dapat melemahkan sistem imun tubuh.

Makan bawang putih setiap hari. Bawang putih dapat menguatkan sistem imun dan memerangi bakteri.

Banyak minum air putih.

Gunakan jahe pada masakan dan minuman. Jahe selain dapat menghangatkan tubuh juga memberi kekebalan tambahan dalam sistem pertahanan tubuh.

Makan makanan kaya vitamin E seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan padi-padian utuh.

Konsumsi makanan yang mengandung Zinc seperti biji labu, gandum, dan sardin.

Jamu echinacea membantu mencegah pilek dan flu. Juga meminimalisir efeknya.

Sering mencuci tangan dengan sabun agar bersih dari bakteri dan kuman.

Jaga kerongkongan agar tetap lembab. Penelitian di Inggris mengungkapkan, menghisap zinc lozenges secara drastis mengurangi jumlah dan tingkat keparahan pilek.

Olahraga ringan dapat membantu menguatkan sistem imun minimal jalan selama 30 menit.

Hindari tempat yang banyak orang, terutama di tengah cuaca lembab dan dingin, di mana orang dengan pilek dan flu dapat menularkan penyakitnya.

Makan sup ayam ditambah bawang bombay dan bawang putih. Obat kuno ini berkhasiat karena meningkatkan aliran mucus hidung yang membuat kuman dikeluarkan dari sistem tubuh kita.

Jaga agar tubuh tetap hangat. Terpapar udara yang terlalu dingin atau basah dapatmembuat Anda sakit. Jika kedinginan, mandi air hangat dan kenakan baju hangat.

Jaga udara di dalam rumah tetap lembap dengan menggunakan humidifier.

Minum jus wortel dan jus sayuran setiap hari. Vitamin-vitamin di dalam jus meningkatkan imunitas terhadap penyakit.

Makan yogurt minimal 1 cup sehari untuk mempertahankan bakteri baik di dalam sistem pencernaan.

Beri cabai pada makanan. Cabai atau makanan yang pedas membantu membersihkan membran mucous.

Minum jus nanas. Jus nanas kaya dengan enzim bromelain yang berkhasiat untuk kesehatan.

Minum ramuan pencegah flu. Caranya : seduh 1 sendok makan irisan horsedish atau jahe dengan 1 cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu dan 2 butir cengkeh.

Makan bawang karena mengandung quercetin, suatu senyawa yang memerangi virus dan bakteri.

Jika hidung keburu meler, beri beberapa tetes minyak kayu putih atau minyak angin pada wadah arisi air mendidih. Tutup kepala dengan handuk dan hirup uapnya.

Jangan merokok.Rokok dapat menimbulkan ketegangan pada sistem pernapasan.

Jaga sikap positif.Penelitian menunjukkan, tetap bersemangat adalah kunci tetap sehat dan bahagia.

Grossman menyarankan memprioritaskan kesehatan.Luangkan waktu untuk merawat diri dulu sehingga Anda dapat tetap sehat dan menjaga kesehatan keluarga.

07 Februari 2009

Tuhan Sembilan Senti

Tuhan Sembilan Senti 

Oleh Taufiq Ismail 

(dalam rangka mendukung fatwa MUI)


Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, 
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok, 

Di sawah petani merokok, 
di pabrik pekerja merokok, 
di kantor pegawai merokok, 
di kabinet menteri merokok, 
di reses parlemen anggota DPR merokok, 
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, 
hansip-bintara- 
perwira nongkrong merokok, 
di perkebunan pemetik buah kopi merokok, 
di perahu nelayan penjaring ikan merokok, 
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, 
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, 

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im 
sangat ramah bagi perokok, 
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, 

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, 
di ruang kepala sekolah ada guru merokok, 
di kampus mahasiswa merokok, 
di ruang kuliah dosen merokok, 
di rapat POMG orang tua murid merokok, 
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya 
apakah ada buku tuntunan cara merokok, 

Di angkot Kijang penumpang merokok, 
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk 
orang bertanding merokok, 
di loket penjualan karcis orang merokok, 
di kereta api penuh sesak orang festival merokok, 
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, 
di andong Yogya kusirnya merokok, 
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok, 

Negeri kita ini sungguh nirwana 
kayangan para dewa-dewa bagi perokok, 
tapi tempat cobaan sangat berat 
bagi orang yang tak merokok, 

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, 
diam-diam menguasai kita, 

Di pasar orang merokok, 
di warung Tegal pengunjung merokok, 
di restoran di toko buku orang merokok, 
di kafe di diskotik para pengunjung merokok, 

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter 
tak tertahankan asap rokok, 
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun 
menderita di kamar tidur 
ketika melayani para suami yang bau mulut 
dan hidungnya mirip asbak rokok, 

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul 
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, 
tapi kita tidak ketularan penyakitnya. 
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya 
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, 
kita ketularan penyakitnya. 
Nikotin lebih jahat penularannya 
ketimbang HIV-AIDS, 

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, 
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, 
Bisa ketularan kena, 

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, 
di apotik yang antri obat merokok, 
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, 
di ruang tunggu dokter pasien merokok, 
dan ada juga dokter-dokter merokok, 

Istirahat main tenis orang merokok, 
di pinggir lapangan voli orang merokok, 
menyandang raket badminton orang merokok, 
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, 
panitia pertandingan balap mobil, 
pertandingan bulutangkis, 
turnamen sepakbola 
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok, 

Di kamar kecil 12 meter kubik, 
sambil ‘ek-’ek orang [***] merokok, 
di dalam lift gedung 15 tingkat 
dengan tak acuh orang [***] merokok, 
di ruang sidang ber-AC penuh, 
dengan cueknya, 
pakai dasi, 
orang-orang [***] merokok, 

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im 
sangat ramah bagi orang perokok, 
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup 
bagi orang yang tak merokok, 

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, 
diam-diam menguasai kita, 

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, 
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk 
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. 
Mereka ulama ahli hisap. 
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. 
Bukan ahli hisab ilmu falak, 
tapi ahli hisap rokok. 
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka 
terselip berhala-berhala kecil, 
sembilan senti panjangnya, 
putih warnanya, 
ke mana-mana dibawa dengan setia, 
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya, 

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, 
tampak kebanyakan mereka 
memegang rokok dengan tangan kanan, 
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. 
Inikah gerangan pertanda 
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin 
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal? 

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. 
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. 
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. 
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. 
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. 
Kalau tak tahan, 
Di luar itu sajalah merokok. 
Laa taqtuluu anfusakum. 

Min fadhlik, ya ustadz. 
25 penyakit ada dalam khamr. 
Khamr diharamkan. 
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). 
Daging khinzir diharamkan. 
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. 
Patutnya rokok diapakan? 

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. 
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. 
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, 
karena pada zaman Rasulullah dahulu, 
sudah ada alkohol, 
sudah ada babi, 
tapi belum ada rokok. 

Jadi ini PR untuk para ulama. 
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, 
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, 
jangan, 

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. 
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, 
yaitu ujung rokok mereka. 
Kini mereka berfikir. 
Biarkan mereka berfikir. 
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, 
dan ada yang mulai terbatuk-batuk, 

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, 
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. 
Korban penyakit rokok 
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, 
lebih gawat ketimbang bencana banjir, 
gempa bumi dan longsor, 
cuma setingkat di bawah korban narkoba, 

Pada saat sajak ini dibacakan, 
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, 
jutaan jumlahnya, 
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, 
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, 
diiklankan dengan indah dan cerdasnya, 

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, 
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, 
karena orang akan khusyuk dan fana 
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api 
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini, 

Rabbana, 
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

07 Januari 2009

Raihlah Dengan Segala Yang Anda Miliki

Meraih sesuatu bukanlah hal yang terbatas pada pekerjaan tangan. Bila Anda mau meraih dengan seluruh yang Anda miliki, tidak ada hal yang tidak tercapai.

Raihlah dengan kaki. Bila sesuatu saat ini tidak kunjung tergapai, bergeraklah! hingga hal itu masuk kedalam jangkauan. Bergeraklah menuju tujuan, ketimbang menunggu tujuan Anda bergerak mendekati Anda.

Raihlah dengan pikiran. Visualisasikan tujuan Anda. Lihatlah dengan jelas dalam pikiran Anda dan Anda akan mulai bisa menggapai. Gunakan daya pikir Anda untuk mengembangkan rencana realistis dan perencanaan tindakan.

Raihlah dengan imajinasi. Jadilah kreatif dalam menggapai. Selalu ada banyak cara dalam mencapai tiap tujuan. Gunakan imajinasi Anda untuk bekerja dan mengembangkan segala peluang. Bila satu jalur terhalang, bayangkan selusin alternatif dan ikuti yang paling berpeluang.

Raihlah dengan semangat. Rasakan kegembiraan pada setiap saat kehidupan dan Anda akan mengambangkan dalam diri sendiri, kesadaran akan pemenuhan. Sedemikian banyak hal yang bisa Anda raih bila Anda secara tulus bersyukur atas hal-hal yang telah Anda miliki.

Berilah Kehangatan, Jangan Memaksa

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kaki dan kepalanya masuk ke dalam tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa.

"Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!" kata nenek, "Saya akan coba mengajarimu."

Mereka pulang. Sang nenek meletakkan kura-kura dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kaki dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak.

"Jangan mencoba memaksa melakukan segala sesuatu, nak!" nasihat nenek,"Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.

Mulailah Memberi

Bila tak seorang pun berbelas kasih dengan kesulitan Anda. Atau, tak ada seorang pun yang mau merayakan keberhasilan Anda. Atau, tak seorang pun bersedia mendengarkan, memandang, memperhatikan apapun pada diri Anda. Jangan masukkan kedalam hati.

Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. Manusia kebanyakan mendahulukan kepentingannya sendiri. Anda tak perlu memasukkan itu ke dalam hati. Karena hanya akan menyesakkan dan membebani langkah Anda. Ringankan hidup Anda dengan memberi pada orang lain. Semakin banyak Anda memberi maka akan semakin mudah Anda memikul beban hidup ini.

Berdirilah di depan jendela lalu pandanglah keluar. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang bisa Anda berikan pada dunia ini. Pasti ada alasan kuat mengapa Anda hadir disini. Bukan untuk merengek atau meminta dunia menyanjung Anda. Keberadaan Anda bukan untuk kesia-siaan. Bahkan seekor cacing pun dihidupkan untuk menggemburkan tanah. Dan sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung. Alangkah hebatnya Anda dengan segala kekuatan yang tidak dimiliki siapapun untuk mengubah dunia. Itu hanya akan terwujud bila Anda mau memberikannya.