16 Oktober 2008

Sukses dan Percaya Diri


Sukses dan Percaya Diri

Tri Purnomo - Setiap orang normal pasti sangat menginginkan kesuksesan dalam setiap bidang hidupnya. Akan tetapi, sedikit orang yang mengetahui jalan menuju sukses. Celakanya lagi dari sedikit orang yang tahu jalan menuju sukses, lebih sedikit lagi yang mau menapaki jalan kesuksesan itu. Dan puncaknya dari sedikit yang mau berjalan menuju suskses, hanya segelintir orang yang pada akhirnya benar-benar sukses.

Salah satu unsur penting yang bisa mendatangkan kesuksesan adalah keyakinan yang kuat bahwa ketika seseorang menapaki jalan yang sudah direncanakan maka dia akan sampai ke titik sukses. Ya, sekali lagi ”keyakinan” atau dalam bahasa gaulnya PEDE (Percaya Diri).

“Pede Aja Kali...” sebuah ungkapan yang sering kita dengar dikalangan remaja ketika menjumpai sebuah permasalahan pelik. Uniknya, tidak jarang memang mereka dengan kenekatannya kemudian berhasil menyelesaikan permasalahan tersebut. Muncullah sebuah pertanyaan besar, apakah model pede (baca: nekad) seperti ini yang harus kita pakai sehingga berbagai permasalahan hidup kita bisa terselesaikan?

Mungkin saja sebagian besar dari kita dengan mantap menjawab “boleh jadi” atau bahkan “ya”. Tapi anehnya, justeru prinsip yang sama tidak serta merta mengantarkan kita ke level kesuksesan yang kita inginkan atau dalam bahasa kejamnya disebut “gagal”. “Kenapa...?” sebuah pertanyaan yang akan terus menghantui jika kita tidak mencoba mencari jawabnya.

Darimana Datangnya Pede
Coba kita bayangkan kondisi-kondisi berikut:
  1. Kita berhasil menyelesaikan sebuah masalah dan diminta menyelesaikan masalah yang sama diwaktu yang lain.
  2. Kita diminta menyelesaikan sebuh masalah yang belum pernah kita jumpai tetapi orang lain (kawan satu tim) telah sukses menyelesaikannya dengan suatu cara.
  3. Kita diminta menyelesaikan sebuah masalah yang belum pernah dialami oleh siapapun.

Jika harus dibuat ranking maka sudah barang tentu kondisi pertama yang lebih mampu menghadirkan pede dalam benak kita dibanding dua lainnya. Artinya, justeru kesuksesanlah yang akan menghadirkan pede.

Bagaimana dengan kita yang sampai usia sekian belum pernah sukses? Apakah pede tidak bisa menjadi bagian dari kita? Dan, apakah artinya kita tidak akan sukses?

Merawat Sukses Kecil Untuk Sukses Yang Lebih Besar

Coba renungkan lebih dalam dan lebih tenang! Lalu jawablah beberapa pertanyaan sebagai berikut!

  • Apakah saat ini Anda bisa mengendarai sepeda atau sepeda motor? Bandingkan dengan saat pertama Anda dilahirkan, apakah saat itu Anda sudah semahir sekarang? Bukankah itu sebuah kesuksesan?
  • Apakah saat ini Anda bisa membaca dan menulis? Bandingkan dengan saat pertama Anda dilahirkan! Bukankah itu sebuah kesuksesan?
  • Apakah Anda saat ini mampu membeli pakaian dan makanan (mungkin sederhana)? Bandingkan dengan saat pertama Anda dilahirkan! Bukankah itu juga sebuah kesuksesan?

Ternyata, disepanjang usia yang telah kita jalani bertabur berbagai kesuksesan. Hanya saja kita bukanlah manusia yang pandai untuk mendokumentasikan berbagai kesuksesan tersebut. Akibatnya, kesuksesan yang sudah kita raih tidak bisa kita jadikan modal untuk mewujudkan kesuksesan yang lebih besar. Bahkah yang ironi, ketika diminta melakukan hal yang sama pun kita ragu akan bisa menyelesaikannya. 

Contoh, kita pernah menamatkan suatu jenis pendidikan yang puncaknya adalah ketika berhasil lulus ujian akhir. Akan tetapi, ketika saat ini ditantang untuk menjalani ujian yang sama maka sebagian besar dari kita akan menyatakan ”saya sudah lupa”, ”saya tidak akan lulus”, atau ada yang coba menyembunyikan dengan kalimat penolakan, ”kurang kerjaan” dan sebagainya. 

Tapi jangan bersedih dengan fakta diatas karena memang begitulah Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang mudah lupa. Kita juga tidak perlu sedih karena sesungguhnya memori itu tidak hilang sama sekali, hanya tertimbun dengan berbagai memori yang lain. Tugas kita adalah bagaimana membangkitkannya kembali sehingga kita bisa mengulang kesuksesan yang sama yang pernah kita raih dan mengembangkannya untuk kesuksesan yang lebih besar.

Kontemplasi Untuk Membangkitkan Kesuksesan

Bayangkanlah sebuah kesuksesan terbesar yang pernah Anda raih (saat berhasil lulus, berhasil menikah, diterima kerja atau apapun itu). Bayangkanlah suasana saat itu, ketika Anda merasa begitu bahagia, ketika banyak orang memberikan ucapan selamat kepada Anda, bahkan ketika Anda dan kerabat bertangisan bahagia. Hadirkan suasana itu lebih nyata sampai Anda merasa ingin untuk mengulang masa terindah itu.

Bayangkanlah beberapa waktu sebelum kesuksesan itu terwujud. Bayangkanlah apa saja yang Anda persiapkan dan lakukan saat itu. Bayangkanlah saat Anda harus mengurangi tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali. Bayangkanlah saat Anda sampai lupa makan. Bayangkanlah saat Anda harus terpaksa meminum minuman berenergi. Bayangkanlah saat Anda harus melupakan seluruh aktifitas yang lain.

Bayangkanlah orang-orang yang membantu Anda mewujudkan kesuksesan itu. Bagaimana orangtua Anda berdoa, menangis dihadapan Tuhan penuh harap untuk kesuksesan Anda (walaupun mungkin Anda tidak melihatnya). Bagaimana teman Anda mengorbankan sebagian harta dan waktunya demi membantu. Bagaimana isteri Anda rela mengambil alih seluruh kerjaan rumah karena Anda sedang sibuk sementara pembantu belum punya. Bagaimana Anak Anda rela kehilangan peluk kasih sayang karena tahu Anda dangat sibuk. Semua berperan demi kesuksesan yang coba Anda wujudkan.

Bayangkanlah bagaimana hubungan Anda dengan Tuhan saat itu. Bagaimana Anda bersujud, menangis dan berdoa agar Tuhan mengabulkannya. Bagaimana ibadah Anda, sedekah yang Anda keluarkan.

Kini bayangkanlah kesuksesan yang Anda cita-citakan. Bayangkanlah susana yang tercipta jika cita-cita Anda tersebut benar-benar terwujud. Bayangkanlah sampai sedetil-detilnya hingga seolah benar-benar sudah terwujud. Rasakan kebahagiaan itu dan jangan pernah mau melepasnya. Anda tidak perlu bangun lagi dari mimpi ini, teruslah bermimpi sampai kesuksesan itu benar-benar terjadi.

Teruslah bermimpi saat Anda menyusun rencana kerjanya, teruslah bermimpi saat Anda mengorganisir seluruh potensi pribadi dan keluarga, teruslah bermimpi saat Anda harus tersungkur memohon kepada Tuhan, teruslah bermimpi saat Anda mulai berbuat dan terus berbuat. Teruslah bermimpi saat halangan, rintangan, cobaan terus menerpa. Kalaupun harus berdarah-darah maka rasakan kenikmatan itu sebagai sebuah pengorbanan yang harus dibayar untuk sang kekasih yang bernama kesuksesan.

Jika akhirnya mimpi Anda terwujud, janganlah segera bangun sehingga mimpi Anda berakhir. Teruskanlah mimpi Anda dengan mimpi lain yang lebih indah. Jika mimpi itu itu belum juga terwujud, Anda tidak perlu resah karena disepanjang perjalanan Anda sudah menikmati kesuksesan itu melalui mimpi Anda.

Tidak ada komentar: