29 Mei 2009

Jularso: Kibarkan Bendera BMT Dari Lereng Gunung Lawu


Dengan semangat dan inspirasi, Toriq Bin Ziat Jularso berhasil menjadi nahkoda kapal bernama BMT Alfa Dinar. Dalam perjalan hidupnya banyak pilihan-pilihan sulit yang harus ia pilih untuk menjadi sukses seperti saat ini.

Dimulai dengan modal sebesar Rp. 2,8 juta akhirnya ia mampu mendongkrak omset mencapai Rp. 50 miliar. Keberhasilan itu bukanlah tanpa sebab, dengan kegigihanya dalam menjalankan profesi yang akhirnya membawanya mencapai kesuksesan.

Untuk itu mari kita telusuri perjalan hidup seorang Jularso. Ia dilahirkan disebuah sudut kabupaten Karanganyar 14 Februari 1967 yang sering disebut sebagai desa Ngadiluwih, Matesih. Desa ini terletak dibawah lereng gunung Lawu. Udara sejuk di pagi hari dan keindahan gunung Lawu di sore hari merupakan makanan sehari-hari.

Ia termasuk anak beruntung, bapaknya yang seorang petani sangat taat beribadah dan selalu mendorongnya untuk belajar. Sementara ibunya adalah seorang pedagang. Kelak di kemudian hari petuah ibunya mampu merasuk dalam relung hatinya.

Semenjak lulus dari sekolah dasar didesanya ia dikirim oleh kedua orang tuanya untuk belajar di pondok Pabelan yang berada di Magelang, Jawa tengah. Ia belajar selama 6 tahun. Selepas belajar di pondok pesantren ia meneruskan kuliah di UMS mengambil jurusan Tarbiah.

Pada saat kuliah inilah yang mempertemukan dengan dunia pemberdayaan ekonomi kecil. Saat itu ia telah aktif untuk bergabung dalam pelatihan-pelatihan PINBUK. Akhirnya bersama beberapa orang temannya ia pun mendirikan sebuah BMT.

”Saat itu dalam benak kami pendirian BMT merupakan suatu ibadah. Jiwa kami semua masih semangat dan idealis ingin mengangkat beban masyarakat dari kemiskinan,” ungkapnya. Dengan berbekal patungan akhirnya ia mampu mengumpulkan dana sebesar Rp. 2,8 juta.

Dengan berbekal tikar serta sebuah ruang kosong di MI didesanya ia dan kawan-kawam mulai mengibarkan layar BMT. ”Beberapa penduduk yang membutuhkan dana untuk usaha mulai kami berikan. Saat pertama ada yang datang hati rasanya sangat senang sekali, karena ternyata lembaga yang kami rintis ini mulai ada yang berminat.”

Pada perkembangannya selama 2 tahun kepercayaan masyarakat pun terbangun. Hanya saja ada problem baru yang kemudian dihadapi, yaitu cara mengatur keuangannya. Suatu godaan bagi pengelola karena belum ada sistem kontrol yang mengatur, yang biasanya tidak pernah memegang uang kecuali hanya seribu-duaribu rupiah, sekarang menghadapi uang yang berlimpah, sementara mereka adalah sarjana yang masih pengangguran. Tidak tahan godaan, BMT-pun berada di ambang kehancuran.

Tahun Ujian

Di lain pihak, kegiatannya di BMT masih ia sambi pekerjaan sebagai guru dan depag. “Waktu itu saya masih menjalankan bisnis pribadi. Karena pada waktu itu BMT adalah aktifitas sosial bukan sebagai ladang profesional. Namun disisi lain ada tututan untuk melakukan penyelamatan pada BMT ini. Kalau tidak diselamatkan karya besar umat Islam ini tidak dianggap masyarakat,” kenang Juliarso.

Juliarso menambahkan, dititik inilah ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, apakah ia tetap pada pekerjaannnya atau meninggalkannya demi menjalankan BMT secara profesional karena di saat itu masyarakat sudah mulai banyak yang percaya pada lembaga ini.

“Pada waktu itu tepatnya memasuki tahun 2000, saya dalam keadaan sulit, saya tertipu pada saat berbisnis sehingga menjerumuskan saya dalam hutang yang sangat besar mencapai ratusan juta,” ungkapnya.

Ujian tidak hanya ia terima dalam berbisnis, keluarganya pun tak luput dari cobaan karena ber turut-turut kehilangan anak pertama dan kedua.

”Tapi di saat sulit seperti inilah saya harus berdialog dengan hati nurani tentang masa depan. Haruskan ber-BMT atau menyelesaikan masalah bisnis keluarga. Waktu itu pilihan saya adalah BMT karena dengan ber-BMT saya jauh lebih dekat dengan Allah dan membuat hati saya menjadi lebih tenang,” pikirnya. Selain itu bisnis ini akan lebih bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai nilai ke-akheratan lebih besar.

Waktu itu ia teringat pada satu ajaran hadis, ”barang siapa yang mendahulukan akherat maka Allah akan menjadikan orang itu kaya di dunia. sebaliknya jika mendahulukan urusan dunia maka akan dibuatnya mereka menjadi bangkrut. Inilah spirit saya untuk maju.”

Padahal pada waktu itu ia tahu bahwa BMT masih belum mampu menggajinya, maka ia memutuskan mengelola BMT secara profesional. Ia bersepakat dengan seluruh pengelola jika tidak ada peningkatan secara signifikan ia tidak minta gaji.

”Saya digaji karena kerjakeras saya dan keringat saya. Waktu itu saya mendeklarasikan untuk melakukan peningkatan keuntungan atau aset BMT. Jika tidak ada peningkatan saya siap untuk tidak digaji,” tegasnya dihadapan seluruh pengelola. Ia pun mematok angka psikologis, waktu itu nilainya 1 miliar. Alhamdulilah akhirnya target itu bisa terpenuhi.

Strategi Pengembangan

Untuk mencapai angka tersebut ia mengaku harus bekerja sangat keras. ”Kalau dihitung secara wajar jam kerja mulai dari jam 8 hingga jam 2 sore, namun waktu itu saya all out benar karena jam keja saya tidak pernah saya ukur, semuanya saya curahkan pada BMT saya.”

Saat itu, ia jam 10-12 malam pun kadang masih di lapangan. Ia mendekati masyarakat dengan menjadi da’i dikampung-kampung. Materi yang ia sampaikan waktu itu selalu tentang ke ekonomian syariah. Bahkan tidak segan-segan, ia juga membawa brosur untuk disebarkan pada Jama’ah.

Harapannya saat itu ada transaksi dalam aktifitas pengajian yang ia lakukan sepanjang tahun, karena pada saat itu masih belum banyak orang yang tahu tentang BMT daan yang jelas pada saat itu orang-orang masih alergi mendengar tentang menabung, apalagi di BMT.

”Lha wong untuk hidup aja sulit. Walaupun mengeluh, ternyata mereka sebenarnya telah menabung. Buktinya mereka dengan senang hati menyimpan uangnya dengan jalan arisan. Misalnya arisan keluarga, kampung, RT. Kemudian ini saya buat menjadi sebuah produk di BMT saya,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan Ilustrasi yang ia jalankan. Sebenarnya di setiap arisan warga yang berjumlah 10 orang, mereka mengumpulkan uang sebesar Rp. 10 ribu, dan di setiap pertemuan diundi siapa yang mendapat giliran mengambil tabungannya.

”Sadangkan yang saya kembangkan waktu itu adalah arisan dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Pada saat mereka menabung sebesar 10 ribu dengan jumlah anggota lebih dari sepuluh orang yang pasti akan ada dana yang dapat di kelola didalam BMT. Karena kelebihan orang tersebut hanya akan dibayarkan pada periode akhir pengundian.”

Jadi disini tidak ada yang dirugikan karena pada akhir periode peserta arisan akan mendapatkan tabungan yang selama ini mereka masukkan dalam tabungan dengan pola arisan ini. Dari arisan ini kemudian berkembang menjadi arisan sepeda motor elektronik, dan bahkan sekarang ada arisan haji. Inilah awal BMT sehingga dapat berkembang pesat. Omset sampai saat ini mencapai Rp. 50 miliar.
(Sumber: Amri, www.pkesinteraktif.com)

19 Mei 2009

Bila Aku Jatuh Cinta

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki
dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu ,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.

Penuhilah hati-hati ini
Dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

( As-Syahid Syed Qutb )

01 Mei 2009

Silaturrahim Tokoh


AIR MATA SAYA MENETES DI RUMAH DR HIDAYAT NURWAHID

Penulis: Nabil Almusawa
e: nabielfuad@yahoo.com

BismiLLAAHir RAHMAANir RAHIIM,

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk ikut dalam acara buka bersama dengan Ketua MPR-RI, DR Muhammad Hidayat Nurwahid, MA di rumah dinasnya, kompleks Widya Chandra dengan beberapa ikhwah. Ketika saya masuk ke rumah dinas beliau tsb, maka dalam hati saya bergumam sendiri: Alangkah sederhananya isi rumah ini. Saya melihat lagi dengan teliti, meja, kursi2, asesori yg ada, hiasan di dinding. SubhanaLLAH, lebih sederhana dari rumah seorang camat sekalipun. Ketika saya masuk ke rumah tsb saya memandang ke sekeliling, kebetulan ada disana Ketua DPR Agung Laksono, Wk Ketua MPR A.M Fatwa, Menteri Agama, dan sejumlah Menteri dari PKS (Mentan & Menpera) serta anggota DPR-RI, serta pejabat2 lainnya.

Lagi2 saya bergumam: Alangkah sederhananya pakaian beliau, tidak ada gelang dan cincin (seperti yg dipakai teman2 pejabat yg lain disana). Ternyata beliau masih ustaz Hidayat yg saya kenal dulu, yg membimbing tesis S2 saya dg judul: Islam & Perubahan Sosial (kasus di Pesantren PERSIS Tarogong Garut).

Terkenang kembali saat2 masa bimbingan penulisan tesis tsb, dimana saya pernah diminta datang malam hari setelah seharian aktifitas penuh beliau sebagai Presiden PKS, dan saya 10 orang tamu yg menunggu ingin bertemu. Saya kebagian yg terakhir, ditengah segala kelelahannya beliau masih menyapa saya dg senyum : MAA MAADZA MASAA'ILU YA NABIIL?

Lalu saya pandang kembali wajah beliau, kelihatan rambut yg makin memutih, beliau bolak-balik menerima tamu, saat berbuka beliau hanya sempat sebentar makan kurma & air, karena setelah beliau memimpin shalat magrib terus banyak tokoh yg berdatangan, ba'da isya & tarawih kami semua menyantap makanan, tapi beliau menerima antrian wartawan dalam & luar negeri yang ingin wawancara.

Tdk terasa airmata ana menetes, alangkah jauhnya ya ALLAH jihad ana dibandingkan dg beliau, saya masih punya kesempatan bercanda dg keluarga, membaca kitab dsb, sementara beliau benar2 sudah kehilangan privasi sebagai pejabat publik, sementara beliaupun lebih berat ujian kesabarannya untuk terus konsisten dlm kebenaran dan membela rakyat.

Tidaklah yg disebut istiqamah itu orang yg bisa istiqamah dlm keadaan di tengah2 berbagai kitab Fiqh dan Hadits seperti ana yg lemah ini. Adapun yg disebut istiqamah adalah orang yg mampu tetap konsisten di tengah berbagai kemewahan, kesenangan, keburukan, suap-menyuap dan lingkungan yang amat jahat dan menipu.

Ketika keluar dari rumah beliau saya melihat beberapa rumah diseberang yang mewah bagaikan hotel dg asesori lampu2 jalan yg mahal dan beberapa buah mobil mewah, lalu ana bertanya pd supir DR Hidayat : Rumah siapa saja yg diseberang itu? Maka jawabnya Oh, itu rumah pak Fulan dan pak Fulan Menteri dari beberapa partai besar.

Dalam hati saya berkata: AlhamduliLLAH bukan menteri PKS. Saat pulang saya menyempatkan bertanya pd ustaz Hidayat: Ustaz, apakah nomor HP antum masih yg dulu? Jawab beliau:

Benar ya akhi, masih yg dulu, tafadhal antum SMS saja ke ana, cuma afwan kalo jawabannya bisa beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, maklum SMS yang masuk tiap hari ratusan ke saya.

Kembali airmata saya menetes. alangkah beratnya cobaan beliau & khidmah beliau untuk ummat ini, benarlah nabi SAW yang bersabda bahwa orang pertama yg dinaungi oleh ALLAH SWT di Hari Kiamat nanti adalah Pemimpin yang Adil. Sambil berjalan pulang saya berdoa: Ya ALLAH, semoga beliau dijadikan pemimpin yg adil & dipanjangkan umur serta diberikan kemudahan dlm memimpin negara ini. Aaamiin ya RABB.